Rabu, 26 Maret 2014

perencanaan sumber daya manusia (makalah SDM (FEKON SPA))


PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA

A.  Pengertian perencanaan SDM
         Berbagai pandangan mengenai definisi perencanaan sumber daya manusia seperti yang dikemukakan oleh:
Ø  Handoko (1997)
Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut.
Ø  Andrew E. Sikula (1981;145)
“Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
Ø  George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173).
Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
                   Proses perencanaan sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain::
1.       Lingkungan Eksternal
Perubahan-perubahan lingkungan sulit diprediksi dalam jangka pendek dan kadang-kadang tidak mungkin diperkirakan dalam jangka panjang.
·         Perkembangan ekonomi mempunyai pengaruh yang besar tetapi sulit diestimasi. Sebagai contoh tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga sering merupakan faktor penentu kondisi bisnis yang dihadapi perusahaan.
·         kondisi sosial-politik-hukum mempunyai implikasi pada perencanaan sumber daya manusia melalui berbagai peraturan di bidang personalia, perubahan sikap dan tingkah laku, dan sebagainya.
·         Perkembangan teknologi/komputer secara dasyat merupakan contoh jelas bagaimana perubahan teknologi menimbulkan gejolak sumber daya manusia.
·         Para pesaing merupakan suatu tantangan eksternal lainnya yang akan mempengaruhi permintaan sumber daya manusia organisasi. Sebagai contoh, “pembajakan” manajer akan memaksa perusahaan untuk selalu menyiapkan penggantinya melalui antisipasi dalam perencanaan sumber daya manusia.

2.       Keputusan-keputusan Organisasional
Berbagai keputusan pokok organisasional mempengaruhi permintaan sumber daya manusia.
·         Rencana strategis perusahaan adalah keputusan yang paling berpengaruh. Hal ini mengikat perusahaan dalam jangka panjang untuk mencapai sasaran-sasaran seperti tingkat pertumbuhan, produk baru, atau segmen pasar baru. Sasaran-sasaran tersebut menentukan jumlah dan kualitas karyawan yang dibutuhkan di waktu yang akan datang.
·         Dalam jangka pendek, para perencana menterjemahkan rencana-rencana strategi menjadi operasional dalam bentuk anggaran. Besarnya anggaran adalah pengaruh jangka pendek yang paling berarti pada kebutuhan sumber daya manusia.
·         Begitu juga, reorganisasi atau perancangan kembali pekerjaan-pekerjaan dapat secara radikal merubah kebutuhan dan memerlukan berbagai tingkat ketrampilan yang berbeda dari para karyawan di masa mendatang.

3.       Faktor-faktor Persediaan Karyawan
Permintaan sumber daya manusia dimodifakasi oleh kegiatan-kegiatan karyawan. Pensiun, permohonan berhenti, terminasi, dan kematian semuanya menaikkan kebutuhan personalia. Data masa lalu tentang faktor-faktor tersebut dan trend perkembangannya bisa berfungsi sebagai pedoman perencanaan yang akurat.

B.  Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Perencanaan kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenagakerja masa kini dan masa depan sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ini harus didasarkan pada informasi dari faktor internal & faktor eksternal perusahaan.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu: Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global.

 Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.

Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).

Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif.
Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global, faktor – faktor yang menjadi stimulus dalam menentukan perusahaan pada soft kill dan hard skill SDM yaitu sebagai berikut:

1.       Pembiayaan.
Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari mancanegara.
2.       Tenaga kerja.
Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.

3.       Jaringan informasi.
Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia --baik yang berdomisili di kota maupun di desa-- menuju pada selera global.Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi menjadi semakin cepat karena "less papers/documents" dalam perdagangan, tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih.

  Unsur-Unsur Dasar Ketrampilan SDM Meliputi:
1.         Kode pengalaman kerja (kode untuk jabatan dulu, sekarang dan yad).
2.         Pengenalan produk (dipindahkan/dipromosikan).
3.         Pengalaman industri (untuk posisi tertentu).
4.         Penddikan formal (yang dimiliki).
5.         Kursus pelatihan (yang pernah ditempih).
6.         Ketrampilan berbahasa asing (tingkat penguasaan).
7.         Keterbatasan penempatan kembali (ditempat yang disuka).
8.         Minat karir (pengalaman, pengetahuan atau minat).
9.         Nila ian kinerja (kemampuan memimpin, motivasi, dan ketrampilan komunikasi)

  Situasi Spesifik Yang Berpaling Ke Suatu Perwakilan Meliputi :
1.       Perusahaan Anda tidak memiliki departemen SDM dan tak sanggup melakukan  perekrutan
2.       Perusahaan Anda mengalami kesulitan dalam masa lampau untuk sebuah pangkalan dari pelamar yang memenuhi syarat.
3.       Sebuah formasi khusus harus cepat diisi.
4.       Ada suatu kebutuhan yang dipahami untuk menarik sejumlah besar minoritas atau dari pelamar perempuan.
5.       Upaya perekrutan diarahkan untuk mencapai pekerjaan yang lebih   menyenangkan.


C.  Proses Dalam Perencanaan SDM
1.       Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam   perencanaan sumber daya manusia (SDM), yaitu:
·         Kepentingan Individu.
·         Kepentingan Organisasi.
·         Kepentingan Nasional.

2.       Komponen-komponen Perencanaan SDM
Terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:

·         Tujuan
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
·         Perencanaan Organisasi
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi perkembangan organisasi. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.
3.       Syarat – syarat perencanaan SDM:
1.       Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
2.       Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
3.       Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
4.       Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
5.       Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
4.       Proses perencanaan SDM
Strategi SDM adalah alat yang digunakan untuk membantu organisasi untuk mengantisipasi dan mengatur penawaran dan permintaan SDM. Strategi SDM ini memberikan arah secara keseluruhan mengenai bagaimana kegiatan SDM akan dikembangkan dan dikelola.
Adapun proses perencanaan tersebut adalah:
5.       Prosedur perencanaan SDM
6.       Menetapkan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan.
7.       Mengumpulkan data dan informasi tentang SDM.
8.       Mengelompokkan data dan informasi serta menganalisisnya.
9.       Menetapkan beberapa alternative.
10.   Memilih yang terbaik dari alternative yang ada menjadi rencana.
11.   Menginformasikan rencana kepada para karyawan untuk direalisasikan.
Metode Perencanaan SDM ,dikenal atas metode nonilmiah dan metode ilmiah. Metode nonilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari perencanaanya saja. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Akibatnya timbul mismanajemen dan pemborosan yang merugikan perusahaan. Metode ilmiah diartikan bahwa Perencanaan SDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.

12.   Pengevaluasian Rencana SDM
Jika perencanaan SDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
·         Manajemen puncak memiliki pandangan yang lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap keputusan-keputusan bisnisnya.
·         Biaya SDM menjadi lebih kecil karena manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum terjadi hal-hal yang dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.
·         Adanya kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas didalam rencana masa yang akan datang. Pengembangan para manajer dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
13.   Kendala-kendala Perencanaan SDM
·         Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam Perencanaan SDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
·         Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala Perencanaan SDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
·         Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses Perencanaan SDM yang baik dan benar.
·         Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.



D. Sistem Perencanaan Sumber Daya Manusia
Ada 4 kegiatan yang saling berhubungan dalam sistem perencanaan SDM, yaitu:
1.       Inventarisasi persediaan SDM
Pencatatan atau pendataan jumlah SDM yang ada dalam melaksanakan tugas di Suatu Organisasai, atau dengan kata lain pencatatan atau pengumpulan data tentang kegiatan, hasil yg dicapai, pendapat umum, sekarang atau yang sedang terjadi.

2.       Forecast SDM/ peramalan SDM
Peramalan SDM berguna  untuk memprediksi permintaan karyawan dimasa datang. Metode peramalan ketersediaan /penawaran tenaga kerja (supply) dari sumber eksternal terdiri atas:
·         Perencanaan rekrutmen dan seleksi
·         Pasar tenaga kerja
Memprediksi permintaan tenaga kerja (demand) mendatang lebih rumit dan subjektif daripada memprediksi ketersediaan tenaga kerja (supply), karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja (Simamora, 1997:176) terdiri atas:
·         Perubahan lingkungan eksternal
·         Perubahan kondisi organisasi
·         Perubahan kondisi tenaga kerja

3.       Penyusunan rencana SDM
Penyusunan rencana SDM dapat diartikan sebagai suatu proses menentukan kebutuhan akan tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan, pengimplementasian, dan pengendalian kebutuhan tersebut yang berintegrasi dengan perencanaan organisasi agar tercipta jumlah pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat secara ekonomis.

4.       Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan dan Evaluasi Sumber Daya Manusia dapat berupa apa saja tentang manusia dalam organisasi. Pengawasan dan evaluasi sumber daya manusia merupakan fungsi yang harus dilakukan oleh setiap pemimpin terhadap anak buahnya. Dengan demikian, fungsi manajemen sumber daya manusia ini sama pentingnya dengan perencanaan dan pelaksanaan. Pelaksanaan merupakan langkah lanjut dari perencanaan, tetapi sesudah dilaksanakan menyusul kedua fungsi ini karena pengendalian dan pengawasanlah yang dapat menyatakan apakah pelaksanaan sudah berhasil sesuai dengan yang direncanakan




E.  Kendala Pada Perekrutan Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia)
Agar proses perekrutan berhasil maka perusahaan perlu menyadari berbagai kendala yang bersumber dari “organisasi, pelaksana perekrutan dan lingkungan eksternal”. Kendala-kendala yang dihadapi setiap perusahaan tidak sama, tetapi pada umumnya kendala-kendala itu adalah:
-          Kebijaksanaan-Kebijaksanaan Organisasi
Berbagai kebijaksanaan organisasi merupakan cermin utama atas berhasil atau tidaknya perekrutan calon pegawai. Kebijaksanaan organisasi yang akan mempengaruhi perekrutan itu adalah:
Ø  Kebijaksanaan Kompensasi dan Kesejahteraan.
Jika perusahaan dapat memberikan kompensasi dan kesejahteraan yang cukup besar serta adil maka pelamar yang serius akan semakin banyak, tetapi sebaliknya jika gaji dan kesejahteraan rendah maka pelamar menjadi sedikit.

Ø  Kebijaksanaan promosi
Apabila kesempatan untuk promosi diberikan cukup luas maka pelamar yang serius semakin banyak, tetapi sebaliknya jika kesempatan untuk promosi sangat terbatas maka pelamar akan menjadi sedikit. Promosi merupakan idaman setiap karyawan, karena dengan promosi berarti status dan pendapatan akan bertambah besar.

Ø  Kebijaksanaan Status Karyawan
Jika status karyawan menjadi karyawan tetap/full-time maka pelamar semakin banyak, tetapi jika status karyawannya honorer/harian/part-time makapelamar akan semakin sedikit.

Ø  Kebijaksanaan Sumber Tenaga Kerja
1.       Jika tenaga kerja yang akan diterima hanya bersumber dari tenaga kerja lokal maka pelamar yang serius akan sedikit, tetapi sebaliknya bila tenaga kerja yang akan diterima bersumber dari seluruh Nusantara, maka pelamar akan semakin banyak.

2.       Persyaratan-Persyaratan Jabatan Semakin banyak persyaratan yang harus dimiliki pelamar maka pelamar akan menjadi sedikit, sebaliknya jika jumlah persyaratannya sedikit maka pelamarnya akan semakin banyak.

3.       Metode Pelaksanaan Perekrutan Semakin terbuka perekrutan maka pelamarnya akan semakin banyak, sebaliknya apabila perekrutannya semakin tertutup maka pelamarnya semakin sedikit.

4.       Kondisi Pasar Tenaga Kerja Semakin besar penawaran tenaga kerja maka akan semakin banyak pula pelamar yang serius. Tetapi sebaliknya jika penawaran tenaga kerja sedikit maka pelamarnya juga menjadi sedikit.

5.       Soliditas Perusahaan, Soliditas perusahaan dapat diartikan sebagai besarnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, misal; besarnya perusahaan tersebut. Jika soliditas perusahaan besar maka pelamar akan semakin banyak. Sebaliknya jika soliditas perusahaan rendah maka pelamarnya akan semakin sedikit.

6.       Kondisi-Kondisi Lingkungan Eksternal, Jika kondisi perekonomian tumbuh dengan cepat dan saingannya juga banyak maka pelamar akan sedikit, tetapi jika tingkat pertumbuhan perekonomian kecil/depresi, maka pelamarnya akan semakin banyak.

F.   Manfaat Perencanaan SDM
Dengan perencaaan tenaga kerja diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain: (Rivai,2004)
1.               Perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan secara lebih baik. Perencanaan sumber daya manusia pun perlu diawali dengan kegiatan inventarisasi tentang          sumber daya manusia yang sudah terdapat dalam perusahaan. Inventarisasi tersebut antara lain meliput:

a. Jumlah karyawan yang ada
b. Berbagai kualifikasinya
c. Masa kerja masing-masing karyawan
d. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, baik pendidikan formal maupun program pelatihan    kerja yang pernah diikuti
e. Bakat yang masih perlu dikembangkan
f.  Minat karyawan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan di luar tugas pekerjaan
Hasil inventarisasi tersebut sangat penting, bukan hanya dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas-tugas sekarang, akan tetapi setidaknya berhubungan dengan empat kepentingan dimasa depan, yaitu:
a.    Promosi karyawan tertentu untuk mengisi lowongan jabatan yang lebih tinggi jika karena berbagai sebab terjadi kekosongan.
b.    Peningkatan kemampuan melaksanakan tugas yang sama.
c.     Dalam hal terjadinya alih wilayah kerja yang berarti seseorang ditugaskan ke lokasi baru tetapi sifat tugas jabatanya tidak  mengalami perubahan.
2.               Melalui perencanaan sumber daya manusia yang matang, efektifitas kerja juga dapat lebih ditingkatkan apabila sumber daya manusia yang ada telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Standard  perating Prosedure (SOP) sebagai pedoman kerja yang tela  dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja  sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah  tersedia, adanya jaminan keselamatan kerja, semua sistem telah berjalan dengan baik, dapat diterapkan secara baik fungsi organisasi          serta penempatan sumber daya manusia telah dihitung berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
3.               Produktivitas dapat lebih ditingkatkan apabila memiliki data tentang pengetahuan, pekerjaan, pelatihan yang telah diikuti oleh sumber daya manusia. Dengan mengikutsertakan karyawan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan, akan mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Melalui pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia yang diikuti dengan peningkatan disiplin kerja yang  akan menghasilkan sesuatu secara lebih professional dalam menangani pekerjaan yang berkaitan langsung dengan kepentingan   perusahaan.
4.               Perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk mengisi berbagai jabatan dan menyelengarakan   berbagai aktivitas baru kelak.
5.               Salah satu segi manajemen sumber daya manusia yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah penanganan informasi  ketenagakerjaan. Dengan tersedianya informasi yang cepat dan  akurat semakin penting bagi perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki sumber daya manusia yang banyak dengan cabang yang tersebar di berbagai tempat (baik dalam negeri maupun di luar negeri). Dengan adanya informasi ini akan memudahkan manajemen melakukan perencanaan sumber daya manusia (Human Resources Information) yang berbasis pada teknologi canggih merupakan suatu  kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan di era perubahan yang serba  cepat.
6.               Seperti telah dimaklumi salah satu kegiatan pendahuluan dalam melakukan perencanaan termasuk perencanaan sumber daya manusia adalah penelitian.
7.               Rencana sumber daya manusia merupakan dasar bagi penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang menangani sumber daya manusuia dalam perusahaan. Salah satu aspek program kerja tersebut adalah pengadaan karyawan baru guna memperkuat tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan kemampuan perusahaan mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Tanpa perencanaan sumber daya manusia, sukar menyusun program kerja yang realistik.
8.               Mengetahui pasar tenaga kerja. Pasar kerja merupakan sumber untuk mencari calon-calon sumber daya manusia yang potensial untuk diterima (recruiting) dalam perusahaan. Dengan adanya data perencanaan sumber daya manusia di samping mempermudah mencari calon yang cocok dengan kebutuhan, dapat pula digunakan untuk membantu perusahaan lain yang memerlukan sumber daya manusia.
9.               Acuan dalam menyusun program pengembangan sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia dapat dijadikan sebagi salah satu sumbangan acuan, tetapi dapat pula berasal dari sumber lain. Dengan adanya data yang lengkap tentang potensi sumber daya manusia akan lebih mempermudah dalam menyusun program yang lebih matang dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat diketahui manfaat dari perencanaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan sebagai sesuatu yang sangat penting, demi kelancaran dan tercapainya tujuan dari perusahaan.

Minggu, 23 Maret 2014

TEORI KONSUMSI (FEKON UKNHAIR TERNATE)

Teori Konsumsi
Faktor-Faktor utama yang memengaruhi tingat konsumsi adalah Pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga makin tinggi : C = f(Y).
·                     Teori Konsumsi Keynes
Menurut John Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income) berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan.
C = a +bY => FUNGSI KONSUMSI

Keterangan : C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat)
           a = konsumsi otonom, yaitu besarnya konsumsi ketika pendapatan nol (merupakan konstanta)
                    b = marginal propensity to consume (MPC)
                    Y = pendapatan disposable
Dalam hal ini, pendapatan (Y) yang dimaksud oleh Keynes adalah :
1.                   Pendapatan riil/nyata (yang menggunakan tingkat harga konstan), bukan pendapatan nominal
2.                  Pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan)
3.                  Pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.
b adalah marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan mengonsumsi marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila pendapatan bertambah. Dan secara matematis dapat dirumus :
MPC = perubahan C dibagi dengan perubahan Y atau MPC = C/Y
Dalam kurva konsumsi, MPC menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva konsumsi. Marginal propensity to save (MPS) adalah berapa tabungan bertambah karena bertambahnya pendapatan.
MPC = perubahan S dibagi dengan perubahan Y atau MPC = S/Y
Dimana : S = tabungan dan Y = pendapatan.

Dalam kurva tabungan, MPS menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva tabungan.
MPC + MPS = 1. berarti MPS = 1 - MPC

Tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian ditabung (S).
Y = C + S
C = a + bY
Y = a + bY + S
S = -a + Y - bY
S = -a + (1-b)Y
Karena : 1-b = MPS, maka
    S = -a + MPS(Y) atau
    S = -a +sY   => FUNGSI TABUNGAN
dimana : s = MPS = 1-MPC = 1-b

·                     Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi
1.                   Pendapatan rumah tangga (Household income)semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.
2.                  Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.
3.                  Prakiran masa depan (Household expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang.
4.                  Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.
5.                   Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.
6.                  Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif/usia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi.
7.                   Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan oranng Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan (super market).

Dari analisis pengeluaran yang dikemukakan oleh Keynes tersebut terdapat dua hal yang penting, yaitu:
1.       MPC < APC, dan
2.      APC orang kaya lebih kecil daripada APC orang miskin.
Selain pendapatan, pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, yaitu:
a.Faktor-faktor Ekonomi
b.Faktor-faktor Demografi
c.Faktor-faktor Non Ekonomi
A. Faktor-faktor Ekonomi
B. Faktor-faktor Demografi
1.Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi.  Contohnya: walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah dari Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar karena jumlah penduduk Indonesia lebih besar dari Singapura.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi  diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah,menengah,tinggi), wilayah.
C. Faktor-faktor Non Ekonomi
Yakni faktor sosial budaya masyarakat, misalnya berubahnya kebiasaan makan, kebiasaan etika, dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Contohnya, ada rumah tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta bahkan milyaran hanya untuk membeli rumah.
Dari kenyataan ini terdapat beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi dengan faktor-faktor lain selain pendapatan. Teori-teori tersebut adalah:
1.       A.    Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
Kurva Pengeluaran Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
Pada bagian I, yaitu pada umur 0 sampai tingkat Seseorang mengalami dissaving. Ini terjadi karena orang tersebut belum menghasilkan pendapatan sedangkan ia perlu konsumsi. Pada umur , orang tersebut mulai menghasilkan pendapatan.Akan tetapi hingga umur sebelum , masih melakukan dissaving, karena pengeluaran konsumsi lebih besar dari pendapatan yang dihasilkan. Kemudian pada bagian II, yaitu pada umur sampai  seseorang mengalami saving. Pada keadaan ini ia sudah menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari pengeluaran konsumsi. Pada bagian III, yaitu umur , orang tersebut kembali melakukan dissaving. Karena pada umur , ia tidak sanggup lagi menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi pengeluaran konsumsinya.
Untuk membuktikan teori mereka, AMB menggunakan bentuk fungsi konsumsi sebagai berikut:
C = aW
Yang menyatakan bahwa a adalah APC,
Nilai W dalam formulasi AMB merupakan nilai sekarang dari kekayaan. Ada tiga faktor yang membentuk W, yaitu:
1.       Nilai sekarang (present value) penghasilan dari kekayaan, misalnya bunga sewa.
2.      Nilai sekarang (present value) penghasilan dari balas jasa kerja, seperti upah, gaji.
3.      Nilai sekarang (present value) penghasilan dari upah yang diharapkan diterima seumur hidup.
Secara spesifik, bentuk persamaan konsumsi yang dikemukakan oleh AMB adalah sebagai berikut:
C = a
Yang menyatakan bahwa:
C         = pengeluaran konsumsi
a          = MPC
A         = kekayaan
YL       = penghasilan dari kerja
YLE    = penghasilan yang diharapkan seumur hidup sejak tahun ini
T          = sisa umur seseorang dihitung dari saat ini

1.       B.     Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James Duesenberry. Dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi, yaitu:
1.       Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya, pengeluaran  konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya (tetangganya).
2.      Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.
Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry adalah sebagai berikut:
yang menyatakan bahwa:
= penghasilan tahun t
= penghasilan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu
1.       Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M. Friedman. Menurut teori ini bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income).Pengertian dari pendapatan permanen adalah:
1.       Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari upah, gaji.
2.      Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang. Kekayaan suatu rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kekayaan non-manusia (non- human wealth) dan kekayaan manusia (human wealth). Kekayaan non-manusia misalnya kekayaan fisik (misalnya barang konsumsi tahan lama, bangunan, mesin), sedangkan kekayaan manusia adalah kemampuan yang melekat pada diri manusia itu sendiri, seperti keahlian, keterampilan, pendidikan.
Formulasi kekayaan seseorang menurut Friedman adalah:
W = Yp/i W
yang menyatakan bahwa
W = kekayaan seseorang
Yp = pendapatan permanen orang tersebut
i     = tingkat bunga
Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari formulasi kekayaan seseorang (W), yaitu:
Yp = i W
Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Atau secara matematis dapat ditulis dengan formulasi sebagai berikut:
Y = Yp + Yt
yang menyatakan bahwa
Y   = pendapatan yang terukur
Yp = pendapatan permanen
Yt  = pendapatan sementara
Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara, Friedman menggunakan dua asumsi, yaitu:
1.       Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara. Pendapatan sementara semata-mata merupakan suatu faktor kebetulan saja.
2.      Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi. Artinya, jia seseorang menerima pendapatan sementara yang nilainya positif, maka semuanya akan ditabung. Namun, jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif, maka ia akan mengurangi tabungannya dan tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsinya.
Menurut Friedman, hubungan antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan bukan hubungan antara pengeluaran konsumsi terukur (measured consumption), namun hubungan antara pengeluaran konsumsi permanen dengan pendapatan permanen. Bentuk antara kedua variabel tersebut dapat ditulis dengan bentuk matematis sebagai berikut:
Cp = k Yp
yang menyatakan bahwa
Cp = pengeluaran konsumsi permanen
k   = MPC yang besarnya dipengaruhi oleh tingkat bunga, kekayaan,selera dan umur
Yp = pendapatan permanen
Persamaan konsumsi Cp = k Yp merupakan persamaan pengeluaran konsumsi jangka panjang yang jika digambarkan ke dalam sebuah grafik seperti di bawah ini.

Dari persamaan pengeluaran konsumsi jangka panjang dapat diperoleh persamaan pengeluaran konsumsi jangka pendek. Menurut Friedman, dalam suatu studi mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga, rumah tangga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu golongan kaya dan golongan miskin. Pada kelompok rumah tangga kaya terdapat pendapatan sementara yang positif dan ada yang mempunyai pendapatan sementara yang negatif. Bagi golongan rumah tangga kaya , juga ada yang melakukan pengeluaran konsumsi sementara yang positif dan ada yang melakukan pengeluaran konsumsi sementara negatif. Namun, secara keseluruhan jumlah keduanya sama besar, sehingga pengeluaran sementara golongan rumah tangga kaya adalah nol. Menurut Friedman, APC bagi golongan kaya adalah rendah. Alasannya dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut:
APC =C/Y
dengan nilai  Y = Yp + Yt  dan C = Cp + Ct
Bagi golongan rumah tangga kaya, Y> Yp dan Ct = 0. Ini berarti
dengan nilai C = Cp dan Y > Yp.