KATA
PENGANTAR
Puji syukur
saya haturkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan uraian makalah tentang
“EKSTERNALITAS DALAM PENGELOLAAN SDA”.
Makalah ini disusun sebagai syarat dalam mengikuti
semester mata kuliah Ekonomi SDA dan lingkungan Universitas Khairun.
Makalah ini merupakan wujud kontribusi kepada dunia
pendidikan ditanah air. Kemajuan zaman dan perkembangan dunia yang semakin maju
menuntut kita agar menjadi generasi yang cerdas, terampil, kreatif, mandiri dan memiliki
kepribadian yang sesuai dengan budaya bangsa. Sehingga memiliki
daya saing yang tinggi juga berkarakter
dan berakhlak mulia.
Saya menyusun makalah ini berdasarkan pencarian di
internet standar isi 2013 dan akan selalu berusaha menyesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
saya memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Semoga berkenan melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
memberikan sumbangan pikiran, moral, maupun materi dalam menyelesaikan makalah
ini. Semoga uraian makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Ternate,
01 januari 2014
JAMAL ARIFUDIN
NPM: 020312071
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga.
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng
kerak bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan
lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki
kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang
sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi
di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat
terhentinya kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut
studi yang dilakukan Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies
(December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak cukup
menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini
maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan
segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan
karena industri ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian
nasional maupun daerah.
Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain
penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan
kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi
pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi
kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi
kebijakan.
Endapan batubara adalah salah satu sumber daya alam yang digunakan sebagai
sumber energi alternatif pengganti minyak,
sebagai sumber energi manusia. Penggunaan batubara sebagai sumber energi
untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya
penggunaan batubara sebagai sumber energi menyebabkan penggunaan batubara tidak
berdasarkan kualitas melainkan berdasarkan tingkat kebutuhan manusia.
Penggunaan batubara berdasarkan tingkat kebutuhan menyebabkan penambangan
batubara tidak dilaksanakan berdasarkan kualitas seperti antrasit atau
bituminus, melainkan nilai kalori yang
dibutuhkan oleh pasar. Hal tersebut menyebabkan penambangan pada lapisan
batubara dengan nilai kalori rendah
seperti lignit akan tetap dilaksanakan
ketika pasar membutuhkan.
Batubara kelas lignit pada kondisi
lapangan memiliki kenampakan fisik yang relatif sama dengan batubara lempungan.
Hal ini menyebabkan sulitnya membedakan antara lignit dengan batubara lempungan
secara megaskopis. Kehadiran batubara lempungan pada suatu lapisan batubara
baik sebagai parting, split, maupun yang
berada di bagian atas maupun bawah suatu lapisan batubara akan mempengaruhi
kualitas batubara tersebut. Pengaruh batubara lempungan terhadap kualitas batubara
berupa peningkatan kadar abu yang
dihasilkan dari sisa pembakaran batubara.
Kadar abu batubara yang tinggi akan menurunkan kualitas batubara. Hal
tersebut karena abu batubara berkaitan dengan lamanya penggunaan umur peralatan
yang digunakan dalam pembakaran batubara.
Semakin tinggi kadar abu, maka
pengotoran pada alat semakin tinggi sehingga umur alat menjadi lebih
pendek. Untuk mengetahui pengaruh
batubara lempungan terhadap kadar abu batubara,
salah satu metode yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan uji
geostatistik.
Geostatistik adalah suatu metode
yang digunakan dalam suatu riset atau penelitian dibidang geologi untuk melakukan analisis data secara kauntitatif seperti untuk mengetahui
apakah suatu variabel memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap variabel lain. Metode ini belum dilakukan dalam
penelitian-penelitian terdahulu.
Pembangunan industri pada sektor
usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan
devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat
berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian
sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara
besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif
yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pembangunan
berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pendekatan dalam pemanfaatan sumber
daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2001) menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan
pembangunan dengan tetap menjaga kualitas sumber daya alam.
Pengelolaan lingkungan bagi
industri di bidang usaha tambang batubara merupakan hal terpenting dari suatu
kegiatan usaha yang harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan berkelanjutan.
Pembangunan industri yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan
(environment), ekonomi (economy) dan sosial/ kesempatan yang sama bagi semua
orang (equity) yang dikenal sebagai 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri
namun sangat terkait dengan dua aspek lainnya. Dalam kegiatan internal
industri, peluang untuk memadukan aspek lingkungan dan ekonomi sangat besar,
tergantung cara mengelola lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor
sosial yang sebagian besar menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri
juga sangat terkait dalam pengelolaan lingkungan.
I.2
Rumusan Masalah
Masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau dan pengaruhnya tersebut terhadap kadar abu batubara. Masalah-masalah tersebut dapat dibagi menjadi 2
pertanyaan, yaitu:
- Bagaimana karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau pada log geofisika (berupa log gamma Ray dan Density log)?
- Bagaimana pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara di daerah penelitian menurut uji geostatistik?
I.3
Maksud dan Tujuan
I.3.1
Maksud
- Mempelajari karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau melalui analisis data log geofisika.
- Mempelajari pengaruh kehadiran batubara lempungan terhadap kadar abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara Formasi Wahau.
PEMBAHASAN
PENAMBANGAN BATU BARA
Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah,
memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara,
panas bumi, minyak dan gas. Seharusnya kegiatan pertambangan memanfaatkan
sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup
tetap terjaga.
A. ASAL MULA BATU BARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara
Bahan Galian Batu bara adalah bahan galian yang terbentuk
dari sisa tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan
sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan
material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi
dalam rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan
kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang
sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah
masa pembentukan Batubara yang paling produktif.
2. Materi Pembentuk Batubara
A.
Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium
dan bersel tunggal sangat sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita,
Dari zaman Silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batubara dari periode ini.
B.
Plirodefita,
umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya merupakan tumbuhan
tanpa bunga dan biji serta berkembangbiak dengan spora.
C.
Gimnospermae,
Dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus
dalam buah, contohnya Pinus.
D.
Angiosspermae,
dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern, buah menutupi biji,
jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga secara umum kurang terawetkan.
3. Pembentukan Batubara
Ada dua
proses yang terjadinya pembentukan batu bara, yaitu :
A.
Tahap
Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material tanaman terdeposisi,
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan biologis yang dapat
menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut.
B.
Tahap
malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi biuminus,
dan akhirnya antrasit.
4. Kelas
dan Jenis Batubara
A.
Antrasit
adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan. (luster)
metalik. Mengandung antara 86 % – 98 % unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8 %
B.
Bituminus
mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar air 8-10 % dari beratnya.
C.
Subbituminus
mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi sumber panas yang
kurang efisien dibanding dengan bituminus.
D.
Lignit
atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35
– 75 % dari beratnya.
E.
Gambut,
berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai kalori yang paling
rendah
B.
Metode Penambangan Batubara
Kegiatan pertambangan
batubara merupakan kegiatan
eksploitasi sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan
umumnya membutuhkan
investasi yang besar
terutama untuk membangun
fasilitas infrastruktur.
Karakteristik
yang penting dalam pertambangan batubara
ini adalah bahwa pasar dan harga sumberdaya batubara
ini yang sangat
prospektif menyebabkan industri
pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi
aspek fisik, perdagangan,
sosial ekonomi maupun
aspek politik.
Kegiatan penambangan
batubara dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu:
1.
Penambangan permukaan
(surface/ shallow mining) ,
meliputi tambang terbuka
penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2.
Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Sistem
penambangan batubara yang
sering diterapkan oleh perusahaan - perusahaan yang beroperasi adalah
sistem tambang terbuka (Open
Cut Mining) . Penambangan
batubara dengan sistem tambang terbuka
dilakukan dengan membuat
jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi
penambangan yang sesuai dengan
kebutuhan penambangan.
Metode
penggalian dilakukan dengan
cara membuat jenjang
serta membuang dan menimbun kembali lapisan
penutup dengan cara
back filling per
blok penambangan serta menyesuaikan
kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral,
Kegiatan
penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan.
Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Adapun akibat
dari kegiatan penambangan terbuka
(open mining), di antaranya;
A.
Menimbulkan lubang besar pada tanah.
B.
Penurunan muka
tanah atau terbentuknya
cekungan pada sisa
bahan galian yang dikembalikan ke
dalam lubang galian.
C.
Bahan
galian tambang apabila di tumpuk atau
disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa
beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
D.
Mengganggu
proses penanaman kembali reklamasi pada
galian tambang yang ditutupi
kembali atau yang ditelantarkan terutama
bila terdapat bahan beracun,
kurang bahan organiklhumus
atau unsur hara
telah tercuci .
c.
Pengangkutan Batu Bara
Cara
pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung
pada jaraknya.
Untuk
jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau
truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar (dalam negeri) batu bara diangkut
dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain misalnya
batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui
jaringan pipa.
Kapal laut
umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari
Handymax (40,000-60,000 DWT), Panamax (about 60,000-80,000 DWT) sampai kapal
berukuran Capesize (sekitar lebih dari 80,000 DWT).
Sekitar
700 juta ton batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan
sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut. Pengangkutan batu bara
dapat sangat mahal. dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara mencapai lebih
dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil
di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap
lingkungan hidup.
KESIMPULAN
Setiap kegiatan pastilah
menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan
tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga
kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif,
namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal
tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab
terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara
bijaksana.
Sebagai contoh adalah
kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa dibilang telah
mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas
kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut
setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan
tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana
3.2 Saran
1. Sumber daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber daya alam.
3. Gunakanlah peralatan hidup sehari-hari yang hemat energy dan BBM.
Rekomendasi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan komentar yang kurang ajar.
komentarlah yang sopan dan membangun