Senin, 20 Oktober 2014

MAKALAH PENAMBANGAN BATUBARA (TUGAS SDA fekon 2012)


KATA PENGANTAR


Puji syukur saya haturkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan uraian makalah tentang “EKSTERNALITAS DALAM PENGELOLAAN SDA”.
Makalah ini disusun sebagai syarat dalam mengikuti semester mata kuliah Ekonomi SDA dan lingkungan Universitas Khairun.
Makalah ini merupakan wujud kontribusi kepada dunia pendidikan ditanah air. Kemajuan zaman dan perkembangan dunia yang semakin maju menuntut kita agar menjadi generasi yang cerdas, terampil, kreatif, mandiri dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya bangsa. Sehingga memiliki daya saing yang tinggi juga berkarakter  dan berakhlak mulia.
Saya menyusun makalah ini berdasarkan pencarian di internet standar isi 2013 dan akan selalu berusaha menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Semoga berkenan melimpahkan  rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, moral, maupun materi dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga uraian makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.


Ternate, 01 januari 2014

      JAMAL ARIFUDIN   
      NPM: 020312071



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.

Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga. 
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah.
Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi kebijakan.
Endapan batubara adalah salah  satu sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak,  sebagai sumber energi manusia. Penggunaan batubara sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya penggunaan batubara sebagai sumber energi menyebabkan penggunaan batubara tidak berdasarkan kualitas melainkan berdasarkan tingkat kebutuhan manusia. Penggunaan batubara berdasarkan tingkat kebutuhan menyebabkan penambangan batubara tidak dilaksanakan berdasarkan kualitas seperti antrasit atau bituminus,  melainkan nilai kalori yang dibutuhkan oleh pasar. Hal tersebut menyebabkan penambangan pada lapisan batubara dengan nilai kalori rendah  seperti lignit  akan tetap dilaksanakan ketika pasar membutuhkan.
Batubara kelas lignit pada kondisi lapangan memiliki kenampakan fisik yang relatif sama dengan batubara lempungan. Hal ini menyebabkan sulitnya membedakan antara lignit dengan batubara lempungan secara megaskopis. Kehadiran batubara lempungan pada suatu lapisan batubara baik sebagai parting, split,  maupun yang berada di bagian atas maupun bawah suatu lapisan batubara akan mempengaruhi kualitas batubara tersebut. Pengaruh batubara lempungan terhadap kualitas  batubara  berupa peningkatan  kadar abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara.  Kadar abu batubara yang tinggi akan menurunkan kualitas batubara. Hal tersebut karena abu batubara berkaitan dengan lamanya penggunaan umur peralatan yang digunakan dalam pembakaran batubara.  Semakin tinggi kadar abu,   maka pengotoran pada alat semakin tinggi sehingga umur alat menjadi lebih pendek.    Untuk mengetahui pengaruh batubara lempungan terhadap kadar abu batubara,  salah satu metode yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan uji geostatistik. 
Geostatistik adalah suatu metode yang digunakan dalam suatu riset atau penelitian  dibidang geologi  untuk melakukan analisis data  secara kauntitatif seperti untuk mengetahui apakah  suatu variabel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel lain.  Metode ini belum dilakukan dalam penelitian-penelitian terdahulu.
Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2001) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan pembangunan dengan tetap menjaga kualitas sumber daya alam.
Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha tambang batubara merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial/ kesempatan yang sama bagi semua orang (equity) yang dikenal sebagai 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri namun sangat terkait dengan dua aspek lainnya. Dalam kegiatan internal industri, peluang untuk memadukan aspek lingkungan dan ekonomi sangat besar, tergantung cara mengelola lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor sosial yang sebagian besar menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat terkait dalam pengelolaan lingkungan.


I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah karakteristik batubara lempungan  Formasi Wahau dan pengaruhnya  tersebut terhadap  kadar abu batubara. Masalah-masalah tersebut dapat dibagi menjadi 2 pertanyaan, yaitu:
  1. Bagaimana karakteristik batubara lempungan Formasi Wahau pada log geofisika (berupa log gamma Ray dan Density log)?
  2. Bagaimana  pengaruh batubara lempungan terhadap kadar  abu batubara di daerah penelitian  menurut uji geostatistik?

I.3 Maksud dan Tujuan
I.3.1 Maksud
  1. Mempelajari karakteristik batubara lempungan  Formasi Wahau melalui analisis data log geofisika.
  2. Mempelajari pengaruh  kehadiran batubara lempungan terhadap  kadar abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara Formasi Wahau.





PEMBAHASAN
PENAMBANGAN BATU BARA
            Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah, memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas bumi, minyak dan gas. Seharusnya kegiatan pertambangan memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
A. ASAL MULA BATU BARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara
Bahan Galian Batu bara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa pembentukan Batubara yang paling produktif.
2. Materi Pembentuk Batubara
A.      Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal sangat sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita, Dari zaman Silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
B.      Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji serta berkembangbiak dengan spora.
C.      Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya Pinus.
D.      Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern, buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.
3. Pembentukan Batubara
Ada dua proses yang terjadinya pembentukan batu bara,  yaitu :
A.      Tahap Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material tanaman terdeposisi, hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
B.      Tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi biuminus, dan akhirnya antrasit.
4. Kelas dan Jenis Batubara
A.      Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan. (luster) metalik. Mengandung antara 86 % – 98 % unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8 %
B.      Bituminus mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar air 8-10 % dari beratnya.
C.      Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminus.
D.      Lignit atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35 – 75 % dari beratnya.
E.       Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai kalori yang paling rendah

B.   Metode Penambangan Batubara
            Kegiatan  pertambangan  batubara  merupakan  kegiatan  eksploitasi sumberdaya  alam  yang  tidak dapat  diperbaharui  dan  umumnya  membutuhkan investasi  yang  besar  terutama  untuk  membangun  fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara  ini adalah bahwa pasar dan harga sumberdaya  batubara  ini  yang  sangat  prospektif  menyebabkan industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari  segi  aspek  fisik,  perdagangan,  sosial  ekonomi  maupun  aspek politik.
Kegiatan  penambangan  batubara  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  dua metode yaitu:
1.       Penambangan  permukaan  (surface/  shallow  mining) ,  meliputi  tambang terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2.       Penambangan dalam (subsurfarcel  deep mining).
Sistem  penambangan  batubara  yang  sering diterapkan  oleh  perusahaan - perusahaan  yang beroperasi  adalah  sistem tambang  terbuka  (Open  Cut  Mining) .  Penambangan  batubara  dengan  sistem tambang  terbuka  dilakukan  dengan  membuat  jenjang  (Bench)  sehingga terbentuk  lokasi  penambangan yang  sesuai  dengan  kebutuhan  penambangan.
Metode  penggalian  dilakukan  dengan  cara  membuat  jenjang  serta  membuang dan  menimbun kembali  lapisan  penutup  dengan  cara  back  filling  per  blok penambangan  serta  menyesuaikan  kondisi penyebaran  deposit  sumberdaya mineral,
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Adapun akibat dari kegiatan  penambangan  terbuka  (open  mining), di antaranya;
A.      Menimbulkan  lubang besar pada tanah.
B.      Penurunan  muka  tanah  atau  terbentuknya  cekungan  pada  sisa  bahan galian  yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
C.      Bahan galian  tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
D.      Mengganggu proses penanaman kembali  reklamasi pada galian  tambang yang  ditutupi  kembali  atau  yang ditelantarkan  terutama  bila  terdapat bahan  beracun,  kurang  bahan  organiklhumus  atau  unsur  hara  telah tercuci .

c. Pengangkutan Batu Bara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya.
Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar (dalam negeri) batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain misalnya batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari Handymax (40,000-60,000 DWT), Panamax (about 60,000-80,000 DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar lebih dari 80,000 DWT).
Sekitar 700 juta ton batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut. Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal. dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.



KESIMPULAN
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana

3.2 Saran

1. Sumber daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber daya alam.
3. Gunakanlah peralatan hidup sehari-hari yang hemat energy dan BBM.

Rekomendasi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan komentar yang kurang ajar.
komentarlah yang sopan dan membangun